SOLO -— Permintaan kebutuhan listrik sebesar 50 kVA dari pelanggan besar sektor bisnis dan industri di wilayah Soloraya, belum bisa dipenuhi.
Kebutuhan listrik sebesar 50 kVA itu berasal dari 20 industri mulai industri besar, menengah dan kecil. “Kami belum bisa penuhi kebutuhan listrik itu karena ada yang masih proses survei, dan ada yang masih menunggu kesiapan jaringan. Tapi, pada intinya pasokan listrik kami masih surplus,” kata Deputy Manager Komunikasi dan Bina Lingkungan PLN Distribusi Jateng-DIY, Supriyono, kepada wartawan, di sela-sela gathering pelanggan bisnis dan industri PLN, di The Sunan Hotel Solo, Rabu (10/10/2012).
Pejabat Humas PT PLN Area Surakarta, Suharmanto menambahkan tahun ini ada penambahan sekitar 30 pelanggan besar. Dan pemenuhannya pun dilakukan bertahap. Pertumbuhan kebutuhan listrik sektor bisnis dan industri itu tumbuh sekitar 10% dibanding tahun lalu.
“Pemenuhan kebutuhan listrik memang harus bertahap karena juga harus melihat kemampuan dan kapasitas yang dimiliki dan kemampuan gardu induk kami.” Apalagi, kapasitas listrik di Solo ini sudah maksimal. Pada waktu beban puncak (WBP) siang beban listrik sudah mencapai 486 MW-490 MW. Dan pada malam hari mencapai 504 MW-510 MW. Beban puncak ini cukup dominan di Jawa Tengah, mengingat rata-rata beban listrik di Jateng adalah 3.100 MW.
Menurut Suharmanto, beban listrik cenderung meningkat karena sektor bisnis dan industri di Soloraya ini tumbuh pesat.
“Tapi paling tinggi justru dari pelanggan rumah tangga. Semakin banyaknya teknologi, masyarakat semakin sulit diajak berhemat. Untuk menghemat 25 MW-50 MW pada WBP sudah sangat sulit.”
Sementara itu, pada kesempatan gathering PLN mengundang sekitar 250-an pelanggan sektor bisnis dan industri. Pada kesempatan tersebut, Humas Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jateng, Liliek Setiawan menyinggung soal rencana kenaikan tarif tenaga listrik (TTL) sebesar 15% pada 2013. Dia kembali dengan tegas menolak rencana tersebut dan meminta penundaan kenaikan TTL.
Kenaikan TTL akan mengurangi daya saing industri. “Selain mengurangi daya saing, kenaikan TTL akan berdampak pada upaya penghematan anggaran dan dampanya tingkat konsumsi pun turun. Padahal, pertumbuhan ekonomi saat ini tidak hanya ditopang investasi tapi juga konsumsi domestik yang tinggi,” kata Liliek.
Supriyadi kembali menyampaikan, bahwa kenaikan TDL bukanlah domain PLN, melainkan pemerintah dan DPR. “Naik ya kami senang, tidak naik juga tidak masalah. Itu urusannya pemerintah dan DPR. Kami tugasnya hanya menyediakan tenaga listrik dan berupaya meningkatkan brand image wilayah agar investasi tetap masuk, atas dasar kesiapan infrastruktur listrik.”
Griya190.com, SOLO – Jika investor membeli properti yang tertekan, salah satu jalan keluarnya yakni melakukan…
Griya190.com, SOLO – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mewajibkan para pengembang menggunakan produk…
Griya190.com, SOLO – Jika kamu sudah berniat menjual rumah pada waktu dekat, maka kamu perlu…
Griya190.com, SOLO – Demi mendukung pemulihan sektor properti khususnya perumahan, pemerintah menggagas beberapa cara. Salah satu…
Griya190.com, SOLO – Feng shui atau kepercayaan pengoptimalan energi positif dari unsur bumi, ternyata dapat…
Copyright © 2019 Griya190.com. All rights reserved.