Hotel baru di Jakarta cenderung di luar sentra bisnis

JAKARTA– Pesatnya pertumbuhan kegiatan bisnis di area nonsentra bisnis Jakarta menyebabkan pengembang ramai-ramai membangun hotel di sana.
Hasan Pamudji, Senior Research Manager Knight Frank Indonesia, mengatakan tren ini sebenarnya telah dimulai tahun lalu, dengan pembangunan hotel bintang lima seperti JW Marriott di Kemang maupun di sekitar area new CBD TB Simatupang.
“Pengembang tentunya melihat potensi pasar yang ada di daerah tersebut, seiring dengan adanya gedung perkantoran maupun kondominium. Permintaan cukup banyak dari area TB Simatupang untuk mendukung kegiatan bisnis di sana,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Senin (12/11).
Menurutnya, karakter hotel di Jakarta yang lebih berorientasi ke bisnis memang berbeda dengan Bali, yang cenderung membidik pasar wisatawan.
Meyriana Kesuma, Manajer Riset dan Konsultasi Coldwell Banker Indonesia, menuturkan beberapa alasan konsumen meminati hotel di kawasan non CBD antara lain tidak harus melalui jalur 3 in 1, memiliki akses langsung ke tol, dan lalu lintas yang tidak sepadat serta semacet di CBD.
“Pengembang melihat kesempatan ini dan membangun hotel untuk memenuhi demand tersebut. Nantinya yang banyak berkembang adalah bintang 3 atau 4 karena pasarnya lebih luas daripada bintang 5,” terangnya.
Coldwell Banker Indonesia memperkirakan pasokan hotel baru di kawasan non CBD sepanjang 2012 mencapai 1.535 kamar, dengan komposisi terbanyak di bintang 4. Sedangkan di CBD pasokan baru tersebut menyentuh 1.189 kamar.
Suplai kumulatif hotel di Jakarta pada kuartal III/2012 mencapai 25.540 kamar dengan rerata tingkat okupansi 65,4 %. Tingkat okupansi tersebut cenderung stagnan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, bahkan menurun dari kuartal sebelumnya yang sekitar 66%. (if)